Bacaan (Kej 22:1-19; Mat 9:1-8)
“Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.”(Mat 9:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkana pesta St.Bernadino Realino dkk. hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· “Aku sama sekali tidak menginginkan kemuliaan dunia ini, tetapi semata-mata kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwaku” (Buka Misa Khusus SJ, hal 80) , demikian salah satu motto atau pegangan hidup St.Bernardino Realino. Hal ini kiranya berlawanan atau bertolak belakang dengan apa yang ada dalam hati atau pikiran orang-orang Farisi, yaitu apa-apa yang jahat alias senantiasa melihat kekurangan dan.kelemahan orang lain demi kemuliaan duniawi. Sebagai orang beriman kiranya kita semua dipanggil untuk senantiasa memuliakan Tuhan sebagaimana telah dilakukan oleh orang banyak setelah melihat apa yang dilakukan oleh Yesus atau yang juga diusahakan oleh St.Bernardino Realino maupun demi keselamatan jiwa. “Ad Maiorem Dei Gloriam” (AMDG), itulah motto St.Ignatius Loyola, sahabat Yesus. Jauhkan aneka pikiran atau impian jahat atau kemuliaan duniawi dalam hati dan otak anda, sebaliknya teguhkan dan perdalam dambaan suci dalam hati anda yaitu ‘kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa manusia”. Kemuliaan duniawi seperti harta benda/uang, pangkat/kedudukan atau jabatan duniawi hanya bersifat sementara saja dan tidak abadi, dan dalam sekejap dapat musnah serta serba terbatas. Sebaliknya kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa bersifat abadi atau kekal, tanpa batas. Kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa hemat saya hanya dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan, bagaikan mata uang bermuka dua. Selama atau dalam hidup di dunia ini kiranya yang mudah diindrai adalah usaha keselamatan jiwa, antara lain nampak dalam pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur, senantiasa berbuat baik dimanapun dan kapanpun.
· "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.”(Kej 22:8), demikian jawaban Abraham atas pertanyaan Iskak, yang harus dipersembahkan sesuai dengan firman Tuhan. Abraham begitu taat dan setia pada Tuhan, sehingga siap sedia untuk mengorbankan atau mempersembahkan anaknya sebagai korban persembahan. Perintah Tuhan merupakan ujian atau percobaan, dan akhirnya memang Tuhan sendiri yang menyediakan korban, yaiu anak domba, bukan Iskak. Yang menjadi korban persembahan adalah anak domba, sebagai pengganti Iskak, anaknya. Yang baik kita refleksikan disini adalah ketaatan dan kesetiaan iman Abraham. Anak merupakan anugerah Allah dan harus kembali dipersembahkan kepada Allah, itulah iman Abraham yang selayaknya menjadi teladan hidup kita. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua untuk tidak segan-segan dan dengan suka hati mempersembahkan anak-anaknya kepada Tuhan. Hal ini secara konkret antara lain dapat diusahakan dengan mendidik dan mendampingi anak-anak untuk tumbuh berkembang sebagai ‘man or woman with/for others’, dan tentu saja dengan keteladanan atau kesaksian para orangtua sendiri. Dengan menjadi atau tumbuh berkembang sebagai ‘man or woman with/for others’ , maka apa yang difirmankan Tuhan: “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”(Kej 22:18) juga berlaku bagi anda semua. Semua bangsa, setiap manusia menjadi berkat bagi sesamanya itulah dambaan dan kerinduan hati kita semua. Kerinduan atau dambaan ini akan menjadi kenyataan jika kita semua tumbuh berkembang menjadi “man or woman with/for others”. , bersikap dan bertindak sosial dimanapun dan kapanpun kepada sesama. Semoga sila kelima dari Pancasila “Keadilan Sosial bagi seluruh bangsa” menjadi kenyataan atau terwujud.
“Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?" Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki- Nya!”(Mzm 115:1-3)
0 komentar:
Posting Komentar
We wait your comment !