Banyak orang Kristen beranggapan bahwa semua orang Kristen itu baik dan telah mengalami perubahan, kalau di gereja semua terlihat seperti malaikat, namun fakta berbicara berbeda, sehingga banyak yang mengalami kekecewaan dan frustrasi dengan Kekristenannya. Dalam berbagai aspek banyak orang Kristen menunjukkan cara hidup yang tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dalam Alkitab. Sehingga tidak heran banyak juga orang Kristen yang suka berbohong, mencuri, pemarah, manipulatif, menipu, otoriter, korupsi, bahkan membunuh dan melakukan berbagai jenis dosa yang dilakukan oleh orang yang bukan Kristen. Sementara di pihak lain kita melihat bahwa banyak orang yang bukan Kristen namun menjalani hidupnya dengan penuh kebaikan, dedikasi, integritas dan tanggungjawab. Lalu apa bedanya Kekristenan dengan kehidupan dunia ini dan di mana keunikan Kekristenan dibandingkan dengan kehidupan orang-orang bukan Kristen? Apa yang menjadi permasalahan utamanya sehingga setelah seseorang menjadi Kristen ternyata mandeg dan tidak mengalami kemajuan yang berarti dalam kerohanian (moralnya), termasuk totalitas gerak hidupnya. Di mana letak permasalahannya? Produk Kebudayaan Satu hal yang mungkin perlu disadari oleh banyak orang Kristen adalah bahwa setiap orang dapat disebut sebagai produk kebudayaannya. Van Peursen dalam bukunya yang “Strategi Kebudayaan” (1976) menjelaskan kebudayaan sebagai kebiasaan hidup seseorang atau sekelompok orang setiap hari. Setiap suku bangsa di bagian muka bumi manapun memiliki kebiasaan-kebiasaan tersendiri dan menciptakan norma-norma bagi kehidupan kesukuannya yang membentuk kebudayaannya. Maka dalam prosesnya keberadaan setiap orang secara pasti telah dipengaruhi dan dibentuk oleh kebudayaan lingkungannya, bahkan mungkin telah “mencetaknya” sedemikian rupa sehingga sangat sulit untuk diubah malah banyak hal yang memang tidak boleh diubah. Sehingga akan menjadi dilema ketika seorang Kristen ingin menerapkan prinsip kebudayaannya dan saat bersamaan ingin menerapkan prinsip Alkitab namun ternyata ditemukan pertentangan. Menjadi dilema besar karena masih banyak orang Kristen yang lebih mempertahankan prinsip kebudayaannya daripada menerapkan prinsip Alkitab dan hal inilah yang menjadi salah satu penghalang besar pertumbuhan iman orang Kristen. Menjadi semakin tragis karena apa yang dipahami dan dipegang teguh oleh orangtua sebagai suatu prinsip kebudayaan (adat) biasanya dituntut agar diikuti dan dilakukan juga oleh anak-anaknya, sehingga halangan pertumbuhan kerohanian anak-anak pun semakin besar. Apalagi bagi orangtua yang sangat militan dalam memegang dan mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan adat kesukuannya.
Karakter Pribadi dan Keluarga Selain karena pengaruh kebudayaan dan kesukuan, seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan keluarganya dan kebiasaan-kebiasaan pribadi serta pergaulannya. Setiap anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya, sifat-sifat dan karakter orangtua akan mempengaruhi sifat-sifat dan karakter anak-anaknya. Ada istilah “like father like son,” apa yang dilakukan oleh orangtua akan diikuti dilakukan oleh anak-anak, bahkan tanpa diajari. Tingkat kedewasaan dan kematangan rohani seseorang seringkali sangat bergantung pada tingkat kedewasaan dan kematangan kepribadian dan kerohanian orangtuanya. Pengaruh model baik atau buruk dari orangtua sangat berpengaruh bagi kepribadian sesorang, termasuk kebiasan-kebiasaan (pola kejiwaan) seseorang yang lama dibentuk (sepanjang hidup) akan sangat berpengaruh hingga ia dewasa dan akan menjadi penghalang jika pola hidupnya kurang baik. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa ada orang Kristen yang baik dan ada orang Kristen yang tidak baik dan mengapa ada orang yang bukan Kristen tetapi memiliki hidup dan moral yang baik. Dari keluarga yang berfungsi dengan baik kehidupannya seringkali menghasilkan pribadi-pribadi yang baik, demikian juga sebaliknya tanpa memandang dari suku dan agama apa pun. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa perjuangan untuk bebas dari dosa seperti berada dalam medan pertarungan yang mustahil dimenangkan bagi seseorang yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak berfungsi baik. Jika seseorang terbiasa dalam kebiasaan/kecanduan terhadap dosa-dosanya akan mengalami jatuh bangun serta pergumulan dan keinginan untuk berhenti namun seringkali gagal untuk menghentikannya. Sehingga ketika menjadi Kristen tetap saja melakukan perbuatan dosa-dosanya: percabulan, perzinahan, judi, mabuk-mabukan, narkoba, korupsi, penipuan, kekerasan keluarga, dsb. Sehingga bagi sebagian orang Kristen dengan menjadi Kristen tidak tentu memberikan perbedaan berarti pada kehidupannya, sekalipun ia telah rajin beribadah dan mengikuti kegiatan-kegiatan gereja bahkan terlibat dalam pelayanan. Apa yang harus dilakukan? Transformasi Kebudayaan Alkitab menjelaskan bahwa keselamatan umat Allah telah dirancang sempurna dalam kekekalan dimulai dari penetapan (election), panggilan (calling), pembenaran (justification) dan berakhir pada pemuliaan (glorification) saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua (Rm. 28:29-30; Ef. 1:4-11). Antara pembenaran melalui penebusan Kristus menuju pemuliaan adalah proses pengudusan (progressive sanctification) yang harus dijalani orang-orang Kristen. Dalam proses pengudusan inilah orang-orang Kristen mengalami perubahan-perubahan prinsip hidup, pola hidup, mengalami pertumbuhan kerohanian sesuai perintah dan keinginan Tuhan. Allah memanggil semua orang yang telah ditebus-Nya untuk mengalami perubahan dimulai dari pembaruan akal budi (pola pikir) yang dilanjutkan dengan persembahan tubuh secara total bagi kemuliaan Allah (Rm. 12:1-2). Selanjutnya setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi terang bagi dunia ini, yang mengindikasikan bahwa orang Kristen tidak hidup bagi dirinya sendiri menurut keinginannya sendiri (1Ptr. 2:9). Van Peursen menjelaskan bahwa “budaya adalah strategi untuk bertahan hidup dan menang. Inti dari budaya bukanlah budaya itu sendiri, melainkan strategi kebudayaan.” Allah memerintahkan orang Kristen untuk melakukan trasformasi hidup dan kebudayaannya dengan kehadiran Kristus dengan kehadiran Roh Kudus dan Firman-Nya. Sedikit demi sedikit perubahan hidup dalam diri orang Kristen harus jelas terjadi dan dialami secara nyata. Perubahan hidup dalam diri orang Kristen hanya terjadi dalam penyerahan total pikiran dan kehendak serta persembahan total seluruh anggota tubuh yang dipakai sebagai alat ibadah untuk memuliakan Allah. Perubahan dan pertumbuhan orang Kristen harus dimulai dari para orangtua yang merendahkan diri untuk tunduk dan taat kepada Allah dan hidup menurut kebenaran Firman-Nya. Perubahan dan pertumbuhan iman orang Kristen sangat bergantung usaha tiap-tiap orang Kristen untuk menyelaraskan hidupnya dalam penyerahan diri kepada Yesus Kristus (Luk. 9:23) serta hidup dari hari kesehari bersama Roh Kudus dan Firman-Nya. Hidup dan kebudayaan orang Kristen telah ditulis ulang dan diarahkan kepada rencana Allah yang indah, kekal dan sempurna, supaya di dalamnya umat-Nya hidup dalam perubahan yang nyata dan menjadi pemenang (Ef. 1:4-5; Kol. 1:16; Why. 21:7).
Karakter Pribadi dan Keluarga Selain karena pengaruh kebudayaan dan kesukuan, seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan keluarganya dan kebiasaan-kebiasaan pribadi serta pergaulannya. Setiap anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya, sifat-sifat dan karakter orangtua akan mempengaruhi sifat-sifat dan karakter anak-anaknya. Ada istilah “like father like son,” apa yang dilakukan oleh orangtua akan diikuti dilakukan oleh anak-anak, bahkan tanpa diajari. Tingkat kedewasaan dan kematangan rohani seseorang seringkali sangat bergantung pada tingkat kedewasaan dan kematangan kepribadian dan kerohanian orangtuanya. Pengaruh model baik atau buruk dari orangtua sangat berpengaruh bagi kepribadian sesorang, termasuk kebiasan-kebiasaan (pola kejiwaan) seseorang yang lama dibentuk (sepanjang hidup) akan sangat berpengaruh hingga ia dewasa dan akan menjadi penghalang jika pola hidupnya kurang baik. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa ada orang Kristen yang baik dan ada orang Kristen yang tidak baik dan mengapa ada orang yang bukan Kristen tetapi memiliki hidup dan moral yang baik. Dari keluarga yang berfungsi dengan baik kehidupannya seringkali menghasilkan pribadi-pribadi yang baik, demikian juga sebaliknya tanpa memandang dari suku dan agama apa pun. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa perjuangan untuk bebas dari dosa seperti berada dalam medan pertarungan yang mustahil dimenangkan bagi seseorang yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak berfungsi baik. Jika seseorang terbiasa dalam kebiasaan/kecanduan terhadap dosa-dosanya akan mengalami jatuh bangun serta pergumulan dan keinginan untuk berhenti namun seringkali gagal untuk menghentikannya. Sehingga ketika menjadi Kristen tetap saja melakukan perbuatan dosa-dosanya: percabulan, perzinahan, judi, mabuk-mabukan, narkoba, korupsi, penipuan, kekerasan keluarga, dsb. Sehingga bagi sebagian orang Kristen dengan menjadi Kristen tidak tentu memberikan perbedaan berarti pada kehidupannya, sekalipun ia telah rajin beribadah dan mengikuti kegiatan-kegiatan gereja bahkan terlibat dalam pelayanan. Apa yang harus dilakukan? Transformasi Kebudayaan Alkitab menjelaskan bahwa keselamatan umat Allah telah dirancang sempurna dalam kekekalan dimulai dari penetapan (election), panggilan (calling), pembenaran (justification) dan berakhir pada pemuliaan (glorification) saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua (Rm. 28:29-30; Ef. 1:4-11). Antara pembenaran melalui penebusan Kristus menuju pemuliaan adalah proses pengudusan (progressive sanctification) yang harus dijalani orang-orang Kristen. Dalam proses pengudusan inilah orang-orang Kristen mengalami perubahan-perubahan prinsip hidup, pola hidup, mengalami pertumbuhan kerohanian sesuai perintah dan keinginan Tuhan. Allah memanggil semua orang yang telah ditebus-Nya untuk mengalami perubahan dimulai dari pembaruan akal budi (pola pikir) yang dilanjutkan dengan persembahan tubuh secara total bagi kemuliaan Allah (Rm. 12:1-2). Selanjutnya setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi terang bagi dunia ini, yang mengindikasikan bahwa orang Kristen tidak hidup bagi dirinya sendiri menurut keinginannya sendiri (1Ptr. 2:9). Van Peursen menjelaskan bahwa “budaya adalah strategi untuk bertahan hidup dan menang. Inti dari budaya bukanlah budaya itu sendiri, melainkan strategi kebudayaan.” Allah memerintahkan orang Kristen untuk melakukan trasformasi hidup dan kebudayaannya dengan kehadiran Kristus dengan kehadiran Roh Kudus dan Firman-Nya. Sedikit demi sedikit perubahan hidup dalam diri orang Kristen harus jelas terjadi dan dialami secara nyata. Perubahan hidup dalam diri orang Kristen hanya terjadi dalam penyerahan total pikiran dan kehendak serta persembahan total seluruh anggota tubuh yang dipakai sebagai alat ibadah untuk memuliakan Allah. Perubahan dan pertumbuhan orang Kristen harus dimulai dari para orangtua yang merendahkan diri untuk tunduk dan taat kepada Allah dan hidup menurut kebenaran Firman-Nya. Perubahan dan pertumbuhan iman orang Kristen sangat bergantung usaha tiap-tiap orang Kristen untuk menyelaraskan hidupnya dalam penyerahan diri kepada Yesus Kristus (Luk. 9:23) serta hidup dari hari kesehari bersama Roh Kudus dan Firman-Nya. Hidup dan kebudayaan orang Kristen telah ditulis ulang dan diarahkan kepada rencana Allah yang indah, kekal dan sempurna, supaya di dalamnya umat-Nya hidup dalam perubahan yang nyata dan menjadi pemenang (Ef. 1:4-5; Kol. 1:16; Why. 21:7).
0 komentar:
Posting Komentar
We wait your comment !