Sabtu, Juni 27, 2009

MERENUNGKAN KEHIDUPAN YANG AKAN DATANG

Ketika ditimpa oleh penderitaan apa pun, biarlah kita senantiasa memandang pada tujuan ini: hal itu dimaksudkan untuk membiasakan kita memandang rendah kehidupan sekarang ini dan mendorong kita untuk merenungkan kehidupan yang akan datang. Allah, yang mengetahui kecenderungan duniawi kita, menggunakan cara yang terbaik untuk melepaskan kita dari cinta akan dunia ini. Tidak seorang pun yang tidak menginginkan sorga, dan aspirasi terhadap kekekalan sorgawi inilah yang membedakan kita dari binatang. Namun dorongan/sifat alamiah kita secara terus-menerus menarik kita pada kehidupan sekarang ini. Maka untuk menghadapi tendensi kita ini, Allah menakar penderitaan yang memadai untuk mengatasi kegagalan kita. Disiplin salib mengajarkan kita, bahwa kehidupan ini, pada dirinya, sia-sia dan dicemari oleh banyak kejahatan, karena itu, kita harus mengarahkan pandangan kita ke sorga.

Tidak ada jalan tengah antara memperlakukan dunia ini sebagai sesuatu yang tidak berharga atau terikat oleh dunia. Jika kita merindukan kekekalan sorgawi, kita harus berusaha sekuat tenaga agar terlepas dari ikatan dunia, yang sering menjerat hati banyak orang dengan segala kenikmatannya. Bahwa kehidupan di dunia ini adalah sementara dan penuh kesia-siaan, diketahui oleh semua orang, bahkan oleh orang biasa. Tetapi mungkin realitas ini jugalah yang sering kita abaikan, ketika kita bersikap seolah-olah kehidupan sekarang ini akan berlangsung selama-lamanya. Itulah sebabnya, kita memerlukan sesuatu yang selalu dengan kuat mengingatkan kita tentang seperti apakah kehidupan ini. Pemahaman yang benar bahwa kehidupan sekarang ini yang sementara dan tidak memuaskan, biarlah membawa kita untuk merenungkan kehidupan akan datang.

Ketika kita belajar untuk memandang rendah kehidupan sekarang ini jangan sampai kita menunjukkan sikap membenci dunia ini atau tidak bersyukur kepada Allah. Sesungguhnya, kehidupan ini, walaupun banyak kesengsaraan, harus dilihat sebagai berkat dari Allah, sehingga tidak boleh dihina. Banyak berkat yang kita terima dalam kehidupan sehari-hari ini adalah pendahuluan bagi kemuliaan sorgawi yang akan kita terima nanti. Hal ini disaksikan oleh Kitab Suci dan alam, sehingga kita harus terdorong untuk bersyukur kepada Allah atas semua berkat ini. Semua bekat ini adalah persiapan atas, atau cicipan (foretaste) tentang kehidupan yang akan datang

Ketika kita telah menyingkirkan cinta akan dunia yang berdosa ini, hal ini harus membuat kita menginginkan suatu dunia yang lebih baik, yaitu sorga. Dibandingkan dengan kehidupan sorgawi maka kehidupan sekarang ini patut diremehkan, karena selama kita di dunia ini, kita masih jauh dari Tuhan (2 Kor. 5:6). Namun, bagi Paulus, ia hanya mau taat apakah dia harus tinggal di dunia ini agar berguna bagi orang lain, atau pergi untuk bersama Tuhan yang adalah keuntungan baginya (Flp. 1:21-24). Kehidupan ini sendiri, tidak boleh dihina, sebaliknya harus dijaga dengan baik, dan Allah-lah yang menentukan kapan kita meninggalkan dunia ini.

Secara alamiah kita takut kepada kematian, tetapi kerohanian Kristen mengingatkan kita akan ketidakbinasaan kita sehingga meniadakan ketakutan ini dan menghibur kita. Semua makhluk hidup pada naturnya ingin terus hidup di dunia ini, tetapi juga merindukan kebangkitan akhir, karena itu, manusia yang telah dikaruniai pengertian dan yang diterangi oleh Roh Allah, harus lebih mengharapkan kebangkitan akhir. Memandang rendah kematian ini pun telah banyak diajarkan oleh para filsuf. Semakin bersukacita kita menantikan hari kematian, semakin besar kemajuan yang kita peroleh di dalam sekolah Kristus.

Hanya ketika kita mengarahkan mata kita ke sorga kita akan mendapatkan penghiburan atas segala kesusahan yang kita alami, dan tidak lagi mengalami kesulitan untuk menerima fakta bahwa orang-orang jahat hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan, karena kita tahu nasib apa yang menantikan mereka di tempat penghukuman.

0 komentar:

Posting Komentar

We wait your comment !